KEROHANIAN RASULULLAH DAN SAHABAT
Oleh: H. Ahmadi Isa
Tahannuts yang dilakukan Rasulullah SAW di Gua Hira’ merupakan langkah awal Rasulullah SAW dalam kehidupan bertasawuf, karena itulah benih pertama bagi kehidupan rohaniah yang dilakukan Rasulullah SAW. Di saat Rasulullah SAW mengingat Allah SWT serta memuja-Nya di Gua Hira’, putuslah hubungan ingatan Rasulullah SAW dari tali rasa yang menghubungkannya dengan segala makhluk lainnya. Dari situ pula bertolaknya Nabi Muhammad SAW mendapatkan petunjuk (hidayah) dari Allah SWT, dengan cara membersihkan hati dan jiwa dari segala noda-noda penyakit yang bersarang di sukma, bahkan sewaktu itu pulalah memuncaknya kebesaran, keagungan, kesempurnaan, dan kemuliaan jiwa pada diri Nabi Muhammad Saw, sehingga nampak sekali perbedaannya dari kehidupan insan biasa.
Di antara yang dilihat oleh Rasulullah SAW pada mimpi hakikiki di saat dia bertafakkur di Gua Hira’ ialah pancaran cahaya yang membuat jalan yang ada di hapannya menjadi terang benderang, serta menjadi isyarat baginya mengenai kebenaran hakiki dari Ilahi. Sinar terang benderang yang memancar di depannya itu, merupakan petunjuk kebenaran yang datang dari Tuhan.
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa segenap perikehidupan Rasulullah SAW selalu menjadi tumpuan perhatian dan acuan berbuat bagi masyarakat, karena segala sifat terpuji terhimpun pada dirinya, bahkan Nabi Muhammad SAW merupakan lautan tauladan yang tidak pernah kering airnya, kendati diminum oleh semua makhluk yang memerlukan. Ibadah Rasulullah SAW tidak ada tara bandingan. Dalam sehari semalam, Rasulullah SAW selalu beristighfar (meminta ampun) kepada Tuhan, minimal 70 kali. Shalat dilaksanakan oleh Rasulullah SAW pada dua pertiga malam, dan ini Nabi SAW lakukan setiap hari. Ibadah shalat yang Rasulullah SAW lakukan ini belum termasuk shalat fardlu, shalat sunnat rawatib, shalat sunnat dhuha sebanyak delapan rakaat setiap hari. Diriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad SAW selalu mengerjakan shalat tahajjut, dan setiap beliau sujud, dia lakukan lama sekali, sama lamanya dengan sahabat membaca lima puluh ayat. Shalat yang beliau kerjakan penuh konsertrasi dan kekhusukan serta tuma’ninah yang amat sempurna. Apabila suatu malam ternyata beliau berhalangan melakukan shalatnya, maka beliau segera menggantinya pada besok pagi dengan dua belas rakaat, sehingga kekosongan pada malam itu segera terbayar lunas pada besok paginya. Dengan demikian, ibadat Rasulullah SAW menjadi sangat sempurna.
Dalam bermunajat kepada Allah SWT, perasaan khauf (takut) dan raja’ (harap) selalu dinampakkan oleh Rasulullah SAW dengan tangis dan sedu sedannya, bahkan sebagai curahan rasa syukur terhadap Allah SWT, Rasulullah SAW tidak pernah lupa melaksanakan shalat malam (Salatul Lail). Rasulullah melakukan shalat malam sampai bengkak kakinya.
Apa yang diketengahkan di atas, sudah dianggap memadai untuk membuktikan bahwa amalan tasawuf yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW, walaupun banyak lagi amal ibadah Rasulullah SAW yang menunjukkan ketasawufannya, namun, hal itu tidak mungkin kita kemukakan satu persatu.
Kehidupan Rasulullah SAW yang sangat ideal itu, nampaknya menjadi panutan bagi para sahabatnya, baik bagi sahabat dekat maupun yang jauh. Tumpuan perhatian mereka senantiasa mereka tujukan untuk mengetahui segala sifat, sikap dan prilaku Rasulullah SAW, sehingga para sahabat tersebut dapat pula memantulkan cahaya yang mereka terima kepada orang yang ada disekitarnya serta generasi yang datang kemudian. Amalan tasawuf yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW itu juga dipanut dan menjadi acuan bagi para sahabatnya.
Sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Rasulullah SAW ialah Abu Bakar Siddiq, dia pernah hidup dengan sangat sederhana, yakni hanya memiliki sehelai kain saja. Selanjutnya, dia pernah sambil memegang lidahnya dan berkata : ‘Lidah ini yang senantiasa mengancamku”. Selanjutnya dia berkata : Apabila seseorang hamba telah dihinggapi sikap ‘Ujub (mengegumi kebolehannya) karena sesuatu hiasan dunia ini, maka Tuhan akan murka kepadanya, sampai perhiasan itu diceraikan daripadanya”. Sikaf tasawuf Abu Bakar Siddiq dapat pula kita cermati dari ungkapan kalimat yang dia tegaskan antara lain : “Kemuliaan itu merupakan buah dari takwa, fana’ merupakan hasil dari keyakinan, dan kemuliaan itu adalah hasil tawadlu’”.
Diriwayatkan, bahwa Abu Bakar Siddiq, pada malam hari selalu tekun membaca Alquran. Dia terkenal sangat dermawan. Hal ini terbukti ketika terjadi perang Tabuk. Ketika itu Rasulullah SAw meminta kepada kaum muslimin agar mau mengorbankan sebahagian hartanya untuk keperluan perang tersebut, dan kemudian datang Abu Bakar Siddiq membawa seluruh hartanya dan memberikannya kepada Rasulullah SAW untuk keperluan dimaksud. Sepontan Rasulullah SAW bertanya kepadnya : “Apa lagi yang kamu sisakan bagi anak-anakmu, hai Abu Bakar ?”. Sambil tersenyum Abu Bakar Siddiq mengatakan : “Saja sisakan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya”.
Sikap tasawuf sebagaimana disebutkan di atas itu diikuti oleh Umar bin Khattab. Tentang keadilan dan amanahnya luar biasa. Dia pernah berpidato di hadapan orang banyak, sedangkan di dalam pakaiannya terdapat dua belas tambalan dan dia tidak memiliki kain yang lainnya
Di kala dia mempunyai kekayaan, kedermawanannya tidak diragukan lagi. Dia rela menghibahkan beribu-ribu dirham kepada masyarakat yang sedang berada dalam kesusahan. Anaknya sendiri dilarangnya mengambil uang walaupun sedikit dari Baitul Mal.
Pernah pada suatu hari Umar bin Khattab datang terlambat ke masjid, sehingga mengakibatkan terlambatnya pelaksanaan shalat fardlu secara berjamaah, karena setiap shalat fardlu biasanya Umar bin Khattab-lah yang selalu menjadi imam, lalu di antara para jamaah bertanya tentang keterlambatannya itu, dan dia menjawab : “Kain saya sedang dicuci, dan tidak ada lagi kain yang saya miliki”.
Demikian pula Usman bin ‘Affan. Usman tergolong sahabat Rasulullah SAW yang dipuji oleh Allah SWT, baik dalam mendampingi Rasulullah SAW, maupun dalam mencari rezeki serta amalan yang bersifat kerohanian. Usman bin ‘Affan terkenal sangat gemar membaca Alqur’an, sehingga kebiasaannya membaca kitab suci Alqur’an itu tidak pernah dia lengahkan, dan pada masa pemerintahannya-lah kitab suci Alqur’an dihimpun, sehingga tersusun menjadi satu mushhaf, sebagaimana mushhaf yang kita baca sekarang ini.
Usman bin ‘Affan juga terkenal sebagai seorang yang tekun sekali beribadah, dia juga terkenal pemalu. Di sisi lain dia terkenal sebagai salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang giat dan ulet mencari rezeki, namun, dia terkenal sebagai seorang yang sangat pemurah, sehingga tidak sedikit kekayaannya dia korbankan untuk mensukseskan perjuangan umat Islam.
Sahabat selanjutnya adalah Ali bin Abi Thalib. Dia tidak kalah kemesyhurannya dengan sahabat Rasulullah SAW yang lainnya, dia juga sangat tekun menjalankan ibadah. Pekerjaan dan cita-citanya yang besar dan sangat mulia, menyebabkan dia tidak segan menjahit sendiri pakaiannya yang robek. Pernah suatu ketika seseorang bertanya kepadanya : “Mengapa sampai begini ya Amirul Mukminin” (maksudnya Ali bin Abi Thalib). Dia menjawab : “Untuk menghusu’kan hati dan sekaligus menjadi teladan bagi insan yang beriman”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar